Tugu Cornelis Chastelein yang menjadi kontroversi di Depok

 Tugu Cornelis Chastelein yang menjadi kontroversi di Depok


Sumber : wikipedia

Lika-liku sejarah dan budaya dalam tugu Cornelis Chastelein yang terjadi di kota Depok.

Tugu Cornelis Chastelein adalah tugu yang didirikan untuk memperingati 200 tahun meninggalnya Cornelis Chastelein dan juga pembebasan kaum budak, tugu ini menjadi hal yang banyak diperdebatkan oleh masyarakat Depok. Tugu ini yang awalnya didirikan pada tanggal 28 Juni 1914 diratakan dengan tanah pada era pemerintahan Presiden Soekarno, sekitar tahun 1960. Konon katanya tugu ini dianggap sebagai simbol antek-antek Belanda. 

Namun pemerintahan kota Depok membangun kembali tugu tersebut pada tahun 2002 dengan alasan ingin mengenang Cornelis Chastelein menjadi hal yang pro dan kontra di wilayah Depok tersebut. Banyak orang menentang, Ada yang merasa Cornelis Chastelein adalah orang Belanda yang disinonimkan dengan penjajah. Ada kalangan warga muslim yang keberatan karena di tugu tersebut konon akan disematkan sepenggal tulisan dari surat dari Cornelis Chastelein yang berisi doa, “Harapan saya kelak warga Depok menjadi masyarakat Kristen yang sejahtera”. Pembangunan tugu tersebut memang akhirnya berlanjut dan selesai pada tahun 2014. Namun untuk menghindari konflik, piagam tersebut tidak dicantumkan.


Sumber: media update 


Yang menjadi tanda tanya, sebenernya siapa sih Cornelis Chastelein yang jadi kontroversi ini? Dilansir dari situs YLCC, Cornelis Chastelein berasal dari keluarga Kristen Protestan yang fanatik di Amsterdam. Pada usia 17 tahun dia berlayar ke Hindia Belanda dan tiba di Batavia pada tahun 1675. Dengan bantuan suami bibinya, Chastelein mendapat pekerjaan sebagai pemegang buku di kantor Dewang Pengurus VOC. Karena dinilai baik dan cekatan, kariernya terus menanjak hingga pada usia 51 tahun kedudukannya setingkat di bawah penguasa tertinggi. Ia telah menjadi seorang saudagar besar dan kaya raya.


Cornelis Chastelein berada di VOC cukup lumayan lama sekitar 16 tahun ia berada didalam VOC. Setelah mundur dari VOC pada tahun 1691, Cornelis Chastelein mencoba merintis usaha di bidang perkebunan dan pertanian dengan membeli banyak tanah di daerah Senen dan membangun kebun tebu, kebun kopi, pabrik gula, bangunan tempat tinggal, taman-taman, dan bahkan kebun binatang. Kurang puas dengan apa yang ia miliki, pada tahun 1965 hingga 1713, Cornelis Chastelein membeli banyak lahan di Lenteng Agung, Srengseng Sawah, dan Depok, jauh di selatan Batavia waktu itu. Untuk menggarap tanahnya maka Chastelein mengambil budak dari bagian timur Nusantara, sebagian berasal dari Makassar, Bali, Timor, Minahasa. Cornelis Chastelein tidak mengambil orang Jawa sebagai budak dikarenakan adanya perjanjian VOC dengan Kerajaan Mataram.


Dengan latar belakang yang dimiliki oleh Cornelis Chastelein, yang mana ia adalah seorang keturunan dari Belanda dan ingin menjadikan kota Depok sebagai Kristen yang sejahtera, membuat banyak warga Depok yang menolak untuk adanya tugu yang mengenang Cornelis Chastelein. Warga Depok beranggapan bahwa pemerintah kota Depok tidak mengenal sejarah dan budaya yang berada di Indonesia. 


Tetapi walaupun tugu tersebut tetap dibangun oleh pemerintah kota Depok dan berada didepok, semoga warga Depok bisa menerima apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah kota Depok, dan semoga kedamaian yang saat ini berada didepok tetap ada dan tidak akan pernah terpecah belah, karena semua ini demi kebaikan negara dan kota Depok juga.








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menikmati Keindahan dan Pesona Situ Cilangkap Depok

Keindahan dan Pesona Taman Bunga Wiladatika Depok

Menjelajahi Keindahan dan Edukasi di Taman Herbal Insani Depok